Selasa, 05 Mei 2015

ONLY FRIENDS

Diposting oleh Unknown di 17.46
Udara malam musim dingin menyeruak ke setiap penjuru kota di Negara yang terkenal dengan ginsengnya,yaitu Korea Selatan. Tiga wanita berperawakan tinggi dan berkulit kuninglangsat itu kembali merapatkan mantel bulu mereka. Sudah hampir dua jam lebihmereka bertiga menunggu bis di salah satu halte di Seoul(ibu kota KoreaSelatan). Baru saja dua jam yang lalu juga mereka selesai mengerjakan tugassekolah yang harus dikumpulkan esok hari.
Beberapa saat kemudian, salju mulai turun. Membuat udara semakin menusuk. Bis yang di tunggu pun tak kunjung datang. Mereka bertiga kebingungan. Kendaraan tak kunjung datang, sedangkan jarum jam telah menunjukkan pukul 22.33. Bagaimana mungkin para siswi Sekolah Menengah Atas seperti mereka belum juga pulang saat hari sudah selarut itu? Apakata orang yang melihat mereka nanti?
“Heuh…” Salah satu wanita yang memakai mantel bulu berwarna shappire blue itu menghela nafas panjang. Ia sungguh bingung harus berbuat apa.Entah sudah berapa kali ayahnya menelfonnya. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tambah wanita bernama Hera itu. Kedua sahabatnya hanya bisa menundukkan kepala, tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
Pandangan mereka kembali menelusuri jalanan di hadapan mereka dan kembali menghela nafas panjang. Harisudah sangat larut. Bahkan jalanan pun sudah sangat sepi, dan kendaraanpun sudah sangat jarang.
Tiba-tiba mata ketiga sahabat itu menyipit. Tampak silau karena ada sebuah mobil yang tiba-tiba menghentikan lajunya di depan mereka.Lalu mereka mengerjap-kerjapkan mata mereka, berusaha menyesuaikan cahaya lampu mobil yang begitu menyilaukan itu.
“Hey! Tak punya sopan santun sekali kau ini?” Bentak wanita bernama Ina yang mengenakan mantel bulu berwarna ungu tua. Suaranya itu terdengar bergetar. Menahan rasa dingin yang rasanya sudah menusuk sampai ketulangnya.
“Benar. Siapa sih dia? Apa dia tak pernah di didik oleh kedua orang tuanya?” Tambah seorang wanita lagi yang mengenakan mantel bulu berwarna merah bernama Tya. Tya memang sedikit aneh. Ia seringkali bertingkah sepertihanya ada dirinya saja di dunia ini. Ia seringkali bernyanyi seperti orang giladan kebiasaan Tya yang paling dibenci oleh kedua sahabatnya adalah kebiasaanTya yang selalu buang angin diamana saja. Kelakuan anehnya itu seringkali membuat Hera dan Ina sangat marah. Namun, Tya sangat pintar dalam menghafaltapi dia tidak bisa berbicara dengan lancar di depan umum. Sedangkan Ina yangsangat pintar dalam masalah berbicara tapi sayangnya dia memiliki kapasitasotak di bawah rata-rata. Dan satu wanita tersempurna diantara ketiga sahabatitu adalah wanita yang bernama Hera. Hera ini sangat pintar dalam masalahhitung menghitung. Dan dia juga memiliki wajah cantik juga sikapya yang mudahbergaul dengan siapa saja dan tak pernah memilih-milih teman.
          Tak lama kemudian, seseorang keluar dari dalam mobil yang terparkir di depan mereka.Mereka bertiga tak dapat melihat siapa orang itu karena cahaya lampu yangterlalu terang. Saat orang itu mendekat kearah ketiga yeoja itu, mereka menyadari siapa yang tengah berdiri tegap di hadapan mereka. Ketiga wanita itu menutupmulut mereka dengan kedua telapak tangannya. Pria itu tersenyum miring, membuatketiga yeoja itu benar-benar tak bisa bernafas dengan sempurna sekarang.
“Apa kalian butuh tumpangan?” Tanya pria itu tanpa mengurangisenyumannya yang benar-benar mematikan. Tak ada yang menjawab pertanyaan priaitu. Hera, Ina dan Tya benar-benar tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun darimulut mereka. Hera, Ina dan Tya memang sudah sejak lama memendam perasaanmereka pada kakak kelasnya itu. Namun, walaupun mereka bertiga bersahabat sejakkecil, tak ada satupun dari mereka yang tau kalau sebenarnya pria yang merekasukai adalah pria yang sama. Mereka betiga sama-sama saling menyembunyikan perasaanmereka.
“Kenapa tak ada yang menjawab pertanyaanku? Apakah kalian akantetap berdiri di sini tanpa melakukan apapun. Bukankan pada jam selarut inisudah tak mungkin ada kendaraan yang lewat lagi?” tambah pria itu berusahamencaikan suasana yang terasa begitu beku. Ditambah salju memang sedang  turun sangat lebat.
          Tiba-tibaketiga wanita itu mennganggukan kepala, tanda kalau mereka menerima tawaran priaitu dengan senang hati.
“Baiklah, silahkan masuk.” Ucap pria itu sambil membukkakanpintu mobil bagian belakangnya. Tapi ternyata saat Hera dan Ina sudah masuk kedalam mobil, kursi di bagian belakang hanya cukup untuk dua orang. Tyamenundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rasa malunya yang sudah menjalardi seluruh tubuhnya. Ia merasa ingin pulang saja daripada harus dudukbersebelahan dengan pria yang sudah sejak lama ia sukai secara diam-diam. Heradan Ina menatap Tya penuh arti.
“Tidak apa-apa kan kalau kau duduk di depan?” Tanya pria itupada Tya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, akhirnya Tya menyetujui tawaranberharga dari pria itu. Tya menganggukan kepalanya dan masuk ke dalam mobil.
          Tak ada yangberani membuka suara saat dalam perjalanan. Setiap pria itu melontarkanpertanyaan selalu di jawab dengan anggukan ringan atau hanya jawaban ia dantidak saja. Sungguh ketiga sahabat itu masih tak percaya dengan apa yang tengahmereka alami. Pria  itu mengantarkan Heradan Ina dahulu. Karena rumah Hera dan Ina memang paling dekat. Rumah Tya adalahyang terjauh dan satu arah dengan pria itu. Jadi mau tak mau Tya harus beradadalam mobil hanya berdua dengan pria itu.
          Pria itumenghentikan laju mobilnya saat Tya menyuruhnya untuk berhenti di depan sebuahrumah mewah berwarna silver. Rumahnya tampak sepi. Mungkin karena hari sudahlarut.
“Terima kasih ka atas tumpangannya?” ucap Tya sambil menatapmata pria itu sekilas. Lalu kembali menundukkan kepalanya. Jantungnyabenar-benar terasa berhenti berdetak.
          Dengan gerakancepat Tya segera berusaha keluar dari dalam mobil sport warna putih itu. Tapisaat ia berusaha keluar, tubuhnya kembali tertarik ke dalam mobil karena sabukpengaman yang di kenakannya belum di lepaskan. Pria di sampingnya tersenyumkecil melihat tingkah Tya membuat wajah wanita cantik itu bertambah merah saja.Kemudian pria itu mendekatkan tubuhnya ke tubuh Tya membuat seluruh tubuh wanitaitu terasa lumpuh. pria itu semakin mendekat. Dekat sekali dengan Tya, sampaiia bisa merasakan hembusan nafas pria itu di wajahnya.
          Tya memejamkanmatanya. Fikirannya melayang entah kemana. Tapi beberapa detik kemudian adatangan yang sedang membukakan sabuk pengaman yang tengah ia kenakan.Yap…ternyata pria itu hanya akan membantu Tya membukakan sabuk pengaman yang iakenakan. Pria itu kembali tersenyum kecil melihat tingkah Tya yang sangat polos.
“Tya apa yang sedang kau fikirkan? Kenapa kau memejamkanmatamu?” Tanya pria itu dengan nada setengah meledek.
“T…t…tidak kak. Eum…terima kasih kak atas tumpangannya. Dah…”Tya segera keluar dari mobil itu dengan perasaan sangat malu.
“Wanita ini benar-benarmenyenangkan.” Ucap pria itu sendirian sambil tersenyum kecil.

Di hari-hari berikutnya entahmengapa Tya mulai melupakan kedua sahabatnya yaitu Hera dan Ina. Sudah hampirdua minggu Tya tidak makan bersama lagi dengan kedua sahabatnya. Sejakkedatangan pria itu, Tya benar-benar berubah menjadi orang lain. Mungkin pria itumenyukai Tya dan kenyataanya juga Tya sangat menyukai pria itu sejak lamawalaupun kedua sahabatnya tidak mengetahuinya.
Hera dan Ina mulai risih dengansikap Tya yang semakin lama semakin membuat mereka berdua muak. Tya benar-benarberubah. Dari seorang sahabat yang sangat perhatian menjadi orang lain yangsangat mementingkan seorang lelaki dalam hidupnya. Tya terlalu mempercayaiseorang pria.
Hera kembali menyeruput Milkshakestrawberry kesukaannya sedangkan Ina hanya mengaduk-aduk mie ramyun nya tanpaada niat untuk memakannya.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya Hera membukasuara. Ina yang semula menundukkan kepalanya sekarang memandang lurus kedua bolamata Hera.
“Entahlah, aku juga bingung. Dia berubah sekarang. Lagipulapantas saja dia senang dekat dengan pria itu. Dia kan pria yang cukup populardi sekolah. Jujur, aku juga menyukainya dan aku sangat iri pada Tya yang bisasedekat itu dengannya. Dan aku fikir pria itu sangat menyukai Tya dari caranyamemperlakukan Tya.” Jelas Ina membuat Hera kembali terkaget, ia menutupmulutnya dengan kedua tangannya.
“K…k…kau juga menyukai dia?” Tanya Hera.
“Eum…Jangan bilang kalau kau juga menyukainya Hera?” Tanya Inamasih menatap Hera tak percaya.
“Memang ia, aku juga menyukainya. Bagaimana bisa kau tidakmenceritakan ini padaku?”
“Entahlah, hanya saja aku merasa tak perlu untuk menceritakansemua ini pada siapapun.”
“Jangan-jangan Tya juga merasakan perasaan yang sama sepertikita?” jelas Hera membuat Ina tampak berfikir keras. Kedua wanita itu salingmenatap penuh arti kemudian menghela nafas panjang.
“Tapi walau bagaimanapun, takseharusanya Tya melupakan kita sebagai sahabatnya, yang sudah menemani diasejak kecil.” Jelas Ina parau. Buliran bening mulai menuruni pipinya yangmulus.
          Bel jampelajaran terakhir telah berbunyi, waktunya semua siswa siswi untuk pulang.Tapi tidak untuk Tya. Dia sedang menunggu seseorang di taman di sampingsekolah. Dia sudah bertekad akan mengungkapkan semua yang ia rasakan pada priaitu. Tak peduli walaupun ia adalah seorang wanita. Yang jelas saat ini ia inginmengungkapkan semua yang ada dalam hatinya.
          Pria yangditunggu olehnya akhirnya datang. Melihat pria itu dari kejauhan sajajantungnya sudah berpacu lebih cepat dari biasanya. Pria itu semakin mendekat.Dan pada akhirnya mereka berdiri berhadapan dan saling menatap. Pria itutersenyum manis.
“Ada apa Tya?” Tanya pria itu lembut.
“Kak…?”
“Iah, ada apa Tya? Ko tumben ngajak ketemuan di sini? Kenapanggak ngajak Hera sama Ina?” Tanya pria itu berusaha mencairkan suasana. Tapihati Tya bukannya tambah tenang malah tambah canggung. Seperti ada bom atomyang siap meledak dalam tubuhnya. Rasanya ia ingin sekali membatalkan apa yang akania lakukan. Tapi dorongan dari hatinya untuk mengungkapkan perasaannya sangatkuat.
“Kak? M…a…aku suka sama kakak. Aku suka sama kakak udah lamabanget. Sejak aku liat kakak waktu MOPD dan sampai saat ini aku masih suka samakakak. Apalagi sekarang kakak perhatian banget sama aku. Nggak tau kenapa akungerasa kalo kakak juga punya sesuatu yang khusus buat aku.” Jelas Tya sambilmendundukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca-kaca. Entah apa yang tengah ialakukan. Apa itu benar atau salah. Pria itu menundukkan kepalanya, tampakmerasa bersalah. Tapi kenapa pria itu merasa bersalah?
“Maaf Tya, tapi bukan kamu. Bukan kamu yang ada di hatikakak.” Jelas pria itu parau. Tya membelalakan matanya. Matanya mulai memerahdan berkaca-kaca. Ternyata dugaannya selama ini salah. Semua perhatian yang priaitu berikan sama sekali bukanlah perhatian khusus. “Dia Hera. Yang ada di hatikakak itu Hera bukan Tya. Maaf sebelumnya kalau perlakuan kakak ke Tya bikinTya ngerasa kalau kakak punya sesuatu yang khusus buat Tya. Sebenarnya udahlama kakak suka sama Hera. Dan itu juga alasan kenapa malam itu kakak jemputkalian bertiga. Dan kakak sebenernya pengen deket sama Hera tapi ternyata yangngerespon kakak Cuma Tya doang.” Jelas pria itu lagi membuat Tya tambah merasasesak. Paru-parunya terasa tertimpa batu besar yang menyumbatnya danmelarangnya untuk bernafas.
“Iah kak, Tya ngerti kok kak.” Ucap Tya sambil berlalumeninggalkan pria itu yang masih mematung di tempatnya berdiri. Tya berjalangontai. Tanpa Tya sadari Hera dan Ina sedang memperhatikannya dari belakangsebuah pohon besar. Tya memandang kedua sahabatnya dengan tatapan sendu. Airmatanya berjatuhan membasahi baju sekolahnya. Hera dan Ina berlari ke arah Tyadan segera memeluknya. Mereka tak kuasa menahan air mata melihat apa yang barusaja di alami Tya.
“Maafin Tya udah ngelupain kalian.” Jelas Tya parau. Iamempererat pelukannya.
“Enggak Ya, Tya nggak salah kok.” Kata kedua sahabatnyabersamaan.
“Makasih yah.”
Tya melepaskan pelukannya dan menatap Hera penuh arti.
“Ra, dia suka sama Hera dan aku udah tau kalo Hera juga sukakan sama dia. Aku rela ko kalo emang Hera mau sama dia.” Jelas Tya diiringisenyumannya.
“Enggak Ya. Aku nggak mau kaloaku terlalu asyik dengan hubunganku dan melupakan kalian. Aku nggak maunantinya kalian bosen dengerin aku yang cerita masalah cowok terus. Yang akubutuhin sekarang adalah sahabat terbaik seperti kalian. Yang aku ingin adalahmengukir kebahagiaan hanya bersama sahabat-sahabatku tercinta. Aku ingin kitayang dulu lagi.” Jelas Hera, lalu kembali memeluk kedua sahabatnya. Hera, Tyadan Ina melangkah meninggalkan taman itu. Meninggalkan pria itu yang kiniterduduk lemah di bangku taman.
Hera, Tya dan Ina kembali denganrutinitas mereka seperti semula. Mereka selalu bahagia selama mereka bisabersama. Bahkan ternyata, sesuatu yang dulunya mereka bayangkan akan sangatmembahagiakan jika mereka bisa mengalaminya ternyata tidak seindah yang merekabayangkan. Semua imanjinasi indah mereka ternyata tidak seindah apa yangterjadi di dunia nyata. Tetap saja yang membuat mereka bahagia adalah kehidupanmereka yang semula. Kehidupan mereka yang sebenarnya.
Karena sesungguhnya kebahagiaanyang pernah dan akan kita alami itu bersumber dari hati kita sendiri, bukandari orang lain. Tidak semua yang indah dalam imajinasimu itu indah juga dalamkehidupan nyatamu.



-THE END-

0 komentar:

Posting Komentar

 

heraayuningtias Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos